Artikel Masyarakat 2

NAMA               : DIMAS PRASETYOKO
NPM                  : 12110041
KELAS               : 1 KA 31
MATAKULIAH : ILMU SOSIAL DASAR
DOSEN              : ASRI WULAN

                                      ARTIKEL MASYARAKAT

                   POLA PERTANIAN MASYARAKAT DI JAWA BARAT

         Pola pertanian berladang yang di daerah Jawa Barat dikenal dengan
istilah ngahuma rupanya sudah dikenal sejak jaman neolitihicum, ketika
manusia masih menggunakan alat/perkakas untuk keperluan hidupnya terbuat
dari batu yang telah diasah. Perkakas itu umumnya berupa kapak batu dan
sejenisnya.

         Menurut laporan FAO (Food Agriculture Organizations) tahun 1957, di
seluruh dunia tanah yang diolah dengan cara berladang meliputi luas kira-kira
14.000.000 mil persegi, tersebar di daerah tropis dan sub-tropis di Afrika, Asia
Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia), Oceania, dan Amerika.

         Kelompok masyarakat yang memiliki kecenderungan ke arah bercocok
tanam biasanya tinggal dalam lingkungan alam yang memiliki curah hujan
cukup banyak, sehingga pertumbuhan tanaman terus terjamin. Oleh karena itu,
daerah yang didiami oleh tipe masyarakat tersebut terdiri dari areal hutan lebat,
tanahnya basah dan mungkin pula berawa-rawa.

         Daerah Jawa Barat yang beriklim antara tropis dan sub-tropis
merupakan daerah agraris yang subur. Dahulu daerah ini, terutama daerah
pedalaman, memiliki banyak hutan lebat serta daerah rawa. Keadaan ini
memungkinkan timbulnya cara-cara bercocok tanam yang dilakukan oleh
masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman berupa pertanian di ladang yang
disebut ngahuma dan pola pertanian menetap, yaitu bersawah. Hingga
sekarang pola pertanian sawah merupakan mata pencaharian utama bagi
masyarakat Jawa Barat, khususnya di daerah pedesaan.

        Dalam hubungan dengan masalah mata pencaharian masyarakat di
Indonesia, Wertheim membagi masyarakat Indonesia ke dalam tiga pola mata
pencaharian utama, yaitu masyarakat pantai, masyarakat ladang, dan
masyarakat sawah. Contoh umum masyarakat ladang ialah masyarakat di
daerah pedalaman Sumatera dan daerah pedalaman Jawa Barat, sedangkan
masyarakat pedalaman Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali oleh Wertheim
dimasukkan ke dalam pola masyarakat sawah.

        Bercocok tanam di ladang para ahli menyebutnya dengan berbagai
macam istilah, antara lain shipting cultivation, slash and burn agriculture
dan ada pula yang menyebut swidden agriculture. Istilah-istilah itu semuanya
menunjukkan tentang teknik/cara manusia melakukan bercocok tanam di
ladang. Cara bercocok tanam di ladang ternyata terdapat perbedaan di kalangan
masyarakat peladang di daerah sabana dan daerah tropis. Demikian pula alatalat/
perkakas yang digunakannya.

       Sampai kini di Indonesia bercocok tanam di ladang masih dilakukan,
antara lain di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sekitar Kepulauan Nusa
Tenggara sebelah timur Lombok, beberapa daerah di Irian Jawa dan di
beberapa bagian Pulau Jawa.

       Di Jawa Barat pola pertanian ngahuma masih dapat kita lihat di daerah
Banten dan di beberapa daerah Jawa Barat bagian selatan. Ciri-ciri yang masih
jelas dari pola kehidupan ngahuma dapat kita saksikan pada masyarakat Baduy
di Banten Selatan. Bentuk rumah yang sederhana terbuat dari bambu dan kayu,
beratap ijuk atau alang-alang dan hanya diperkuat dengan ikatan tali bambu
atau ijuk, menunjukkan bahwa pahuma (peladang) sering berpindah-pindah
mengikuti pindahnya huma (ladang) mereka.

Facebook Twitter RSS