NAMA                : DIMAS PRASETYOKO
NPM                   : 12110041
KELAS                : 1 KA 31
MATAKULIAH  : ILMU SOSIAL DASAR
DOSEN               : ASRI WULAN

                                                              ARTIKEL PENDUDUK

                                  PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN KOTA (1900-1990)

           Salah satu persoalan rumit yang dihadapi kota-kota di Indonesia pada masa kini adalah persoalan penduduk, tanah dan lahan permukiman dan usaha. Paling tidak pada sekitar 1900-an isu tentang peledakan penduduk, kemiskinan, lapangan pekerjaan dan perumahan serta gejala urbanisasi mulai mengemuka di Jawa, sebagaimana tercermin dalam isu tentang Mindere Welvaart (Kemerosotan Kemakmuran) yang muncul pada masa itu. Isu-isu itu mengundang tuntutan perbaikan kebijakan dari pihak pemerintah. Kebijakan Politik Etis dengan trilogi programnya, yaitu pendidikan, emigrasi dan irigasi, dan kebijakan Perbaikan Kampung ( Kampung Verbeteringen ), penanggulangan kesehatan, pendirian Lumbung Desa, Bank Perkreditan Rakyat, dan lainnya yang dilancarkan pada sekitar dua dekade pertama awal abad ke-20 merupakan solusi penting terhadap persoalan yang mengemuka pada masa itu. Semuanya itu melatari perjalanan perkembangan kota-kota di Indonesia.

         Sementara itu, perkembangan kota-kota kolonial atau kota-kota Indies pada 1900-1940-an meningkat, sejalan dengan meningkatnya perkembangan perekonomian pada sektor-sektor tertentu, misalnya pertambangan, perkebunan, perdagangan dan perindustrian. Perkembangan kota yang terjadi pada masa itu, memiliki ciri khas yaitu menjadi basis kelahiran kaum urban baru, yang terdiri dari kaum terpelajar, birokrat atau priyayi, kaum profesional, kaum pengusaha dan pedagang dari kalangan Bumi Putra atau Pribumi, di luar kelas menengah yang berasal dari kalangan orang asing Timur, yaitu Orang Cina. Mereka itu pada hakekatnya menjadi embrio kelahiran “orang Indonesia” pada awal abad ke-20. Di kalangan mereka itulah sesungguhnya kesadaran akan bangsa dan identitas baru muncul, yaitu indentitas “orang Indonesia”. Selain kota Jakarta (Batavia), kota Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya berkembang menjadi kota besar yang berperan sebagai pusat modernisasi. Hal yang sama juga berlaku untuk kota Semarang, Medan dan Makasar.


         Pesatnya proses modernisasi, industrialisasi, komersialisasi dan edukasi yang terpusat di kota-kota besar telah menjadi faktor pengerak perubahan dan penarik arus urbanisasi dan migrasi penduduk di daerah Indonesia. Kota menjanjikan bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau di daerah lain di Indonesia. Selain itu, kemajemukan penduduk yang telah menjadi ciri kota-kota colonial, pada masa sesudah Perang Dunia II menjadi semakin berkembang dan lebih-lebih pada masa Orde Baru.

        Pluralitas penduduk perkotaan di Indonesia, pada hakekatnya menjadi faktor pendorong bagi berlangsungnya proses integrasi dan Indonesianisasi di Indonesia. Proses ini berlangsung tidak hanya melalui kegiatan dalam segi-segi admininistari dan politik pemerintahan dan perekonomian, tetapi juga melalui proses interaksi sosial dan dialog budaya.

        Kenaikan jumlah penduduk karena pesatnya angka kelahiran pada masa itu semakin menambah kesulitan pada kota-kota di Indonesia karena menimbulkan dampak-dampak yang akan semakin membuat persoalan di kota-kota tersebut, seperti kriminalitas, pengangguran, polusi dll.


*sumber : www.google.com

Facebook Twitter RSS