NAMA                : DIMAS PRASETYOKO
NPM                   : 12110041
KELAS               : 1 KA 31
MATAKULIAH : ILMU SOSIAL DASAR
DOSEN              : ASRI WULAN

                                                        ARTIKEL MASYARAKAT

                                           MASYARAKAT DI KECAMATAN RAIJUA

            Berdasarkan data sensus penduduk tahun 1997 penduduk yang mendiami wilayah Kecamatan Raijua sebanyak 6.440 jiwa. Dengan kepadatan penduduk rata-rata sebanyak 174 jiwa per km2 dengan 99,99% penduduk asli.

            Mengenai asal-usul nenek moyang orang Raijua tak diketahui berasal dari mana. Menurut cerita rakyat atau mitologi orang Sabu dan Raijua datang dari seberang yang dalam bahasa sabu disebut “Dou Dakka Ti Darra Dahi, Ngati Kolo Rai Ahhu Rai Pana, Hu Udda Kolo Robo” (Orang yang muncul dari dalam laut. Datang dari tempat yang keramat). Orang pertama itu adalah Kika ‘Ga atau Hawu ‘Ga.

            Agama yang dianut oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Reijua mayoritas Kristen Protestan. Selain itu juga terdapat agama Katholik, Islam dan aliran kepercayaan “Jingi Tiu”. Toleransi yang amat tinggi antara umat beragama di kecamatan ini, menyebabkan pelaksanaan peribadatan selalu harmonis, karena itu tidak pernah terjadi kerusuhan antara umat beragama.

           Pada umumnya masyarakat Raijua hidup dari bertani, beternak dan nelayan, dan ada juga yang bergerak di bidang kerajinan, seperti menganyam tikar, membuat tembikar, dan tenun ikat. Ada juga yang menjadi tukang, baik tukang kayu, maupun tukan batu dan malah ada yang ahli dalam membuat perahu tradisional. Namun profesi yang terakhir ini sudah mulai berkurang karena penggunaan perahu tradisional telah terdesak oleh perahu motor.

            Pada umumnya mata pencaharian seperti yang dikatakan di atas tidak terpisah-pisah, sebab kebanyakan seorang petani itu juda mengerjakan pula pekerjaan yang lain. Pada musim hujan, petani beramai-ramai mengerjakan sawah dan ladangnya sesuai dengan kalender adat, di samping itu memelihara ternak dan mengusahakan kerajinan lainnya. Sedangkan pada saat pohon lontar mulai mengeluarkan mayangnya maka beramai-ramai pula mereka menyadap lontar dan mengolahnya menjadi gula.

           Cara bercocok tanam masih sangat tradisional dan ekstensif. Produksi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk tujuan komersil. Dari hasil bertani seperti itu, kebutuhan tidak terpenuhi, karena itu kelaparan selalu mengancam. Mata pencaharian penting yang dapat menolong dari ancaman kelaparan tersebut adalah menyadap lontar. Nira lontar diolah menjadi gula biasa disebut makanan utama. Selain itu juga dapat dijadikan cuka dan laru.

Facebook Twitter RSS